Sebagai salah satu Warisan Budaya Tak benda Indonesia yang sudah ditetapkan oleh Kemendikbudristek, tradisi makan Bedulang dari Kabupaten Belitung menjadi salah satu warisan budaya yang perlu dilestarikan, dilindungi dan diwariskan dari generasi ke generasi. Makan bedulang bukan hanya sekadar makan bersama, tetapi juga merupakan sebuah seni dan filosofi hidup yang mengajarkan tentang nilai-nilai kebersamaan, kekeluargaan, dan kearifan lokal.
Melalui kegiatan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) dengan tema kearifan lokal maka, tradisi makan bedulang menjadi pilihan pembelajaran yang tepat di SMP Negeri 3 Tanjungpandan untuk memperkenalkan warisan budaya tradisi makan bersama yang sudah lama berkembang dalam kehidupan masyarakat di Nusantara. Untuk mendalami materi ini maka, pada hari Senin, 18 November 2024 dan hari Selasa, 19 November 2024 diadakanlah kunjungan ke Rumah Adat Belitong agar siswa dapat menggali informasi yang banyak mengenai tradisi Makan Bedulang dari salah satu tokoh pemangku adat Bapak Achmad Hamzah selaku Ketua Lembaga Adat Melayu Belitong.
Tradisi makan bedulang memiliki filosofi yang kuat di mana istilah “bedulang” mengacu pada nampan besar yang digunakan untuk menyajikan makanan secara bersama-sama. Makan bedulang menyajikan 6 hingga 7 jenis hidangan tradisional khas Belitong yang disajikan dalam dulang besar untuk empat orang tamu undangan. Tradisi ini memberikan kesempatan kepada orang-orang untuk merasakan kenikmatan hidangan tradisional Belitong secara bersama-sama. Tradisi ini memilik tata cara dan simbol kebersamaan serta saling menghargai dan menghormati orang yang lebih tua.
Dalam kunjungan ini siswa bukan hanya diberikan pembekalan teori mengenai sejarah atau asal mula tradisi makan bedulang, tetapi mereka juga diajarkan langsung praktik pembelajaran bagaimana adab dan tata cara dalam penyajian makan bedulang. Siswa diberikan kesempatan untuk memperagakan tata cara menyajikan hidangan mulai dari cara mengangkat dulang, mengangkat piring dan nasi, mengangkat baki minuman hingga menyambut dulang dan mengatur letak dulang di hadapan para tamu undangan yang duduk bersila di lantai mengelilingi dulang. Praktik pembelajaran ini memberikan kesan mendalam bagi para siswa yang baru pertama kali mengenal tradisi makan bedulang. Pengetahuan yang sudah didapat selama kunjungan tersebut nantinya akan dipraktikkan dalam kegiatan gelar karya di sekolah.
Tentu saja sebagai bagian dari masyarakat Belitung, siswa SMP Negeri 3 Tanjungpandan memiliki tanggung jawab untuk membangkitkan jiwa nasionalisme terhadap budaya sendiri. Agar tradisi budaya makan bedulang sebagai kekayaan warisan berharga tidak hilang dari peradaban maka bentuk kearifan lokal ini perlu dilestarikan dan dikenalkan kepada masyarakat luas. Nilai-nilai filosofis yang terkandung di dalam tradisi makan bedulang seperti mengajarkan rasa kebersamaan dan kerukunan, sarana komunikasi antara anggota keluarga dan masyarakat, serta sebagai sarana edukasi menghargai orang yang lebih tua baik antara anggota keluarga maupun masyarakat sangat besar manfaatnya dan penting diterapkan dalam kehidupan siswa sehari-hari.
Penulis: Yurlina, S.Pd.
